2 KEPLING DIPUKULI SAMPAI BERLUMURAN DARAH! Kejadian MENGEJUTKAN ini terjadi di Tanjung Mulia, diduga dipicu oleh konflik dengan warga

Bentrok di Tanjung Mulia: 2 Kepling Dipukuli Hingga Berdarah-darah

Tanjung Mulia kembali menjadi sorotan setelah terjadi insiden mengejutkan yang melibatkan dua Kepala Lingkungan (Kepling) yang diduga dipukuli warga hingga berlumuran darah. Kejadian ini tidak hanya memicu kemarahan, tapi juga memunculkan perdebatan tentang batas antara keadilan warga dan tindakan main hakim sendiri.

Kronologi Kejadian Mengerikan

Peristiwa itu terjadi pada malam hari saat kedua kepling dikabarkan tengah mendatangi salah satu rumah warga untuk menyelesaikan persoalan lahan sengketa. Namun, suasana memanas saat beberapa warga menolak kehadiran mereka dan menyebut para kepling telah “berpihak” pada salah satu pihak.

Cekcok mulut pun terjadi, diikuti dengan aksi saling dorong yang kemudian berkembang menjadi kekerasan fisik. Dua kepling tersebut diserang secara brutal hingga wajah dan tubuh mereka dipenuhi luka dan darah. Warga sekitar langsung heboh, sebagian mencoba melerai, namun massa yang terlanjur emosi sulit dikendalikan.

Diduga Dipicu Konflik Lama

Menurut keterangan beberapa saksi mata, insiden ini bukanlah tanpa akar. Sudah sejak beberapa bulan terakhir, sejumlah warga mengeluhkan sikap dua kepling yang dinilai tidak adil dalam pengurusan administrasi dan pemanfaatan tanah kosong di lingkungan mereka.

Beberapa warga bahkan menyebut bahwa para kepling kerap “menutup mata” terhadap aktivitas ilegal, seperti penimbunan material di lahan umum atau pungutan liar, yang diduga dilakukan oleh oknum tertentu. Ketegangan tersebut diduga memuncak malam itu, saat warga merasa tidak diberi ruang untuk menyuarakan keberatan mereka.

Kondisi Korban Saat Ini

Kedua kepling yang menjadi korban pengeroyokan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh aparat kepolisian yang tiba tak lama setelah kejadian. Keduanya mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan wajah, namun saat ini dalam kondisi sadar dan sudah mulai memberikan keterangan.

Pihak keluarga meminta agar pelaku kekerasan diproses hukum, sembari menekankan bahwa tugas kepling adalah melayani warga, bukan menjadi sasaran kemarahan massa.

Reaksi Beragam dari Warga

Insiden ini memicu reaksi beragam dari masyarakat. Sebagian warga mengecam aksi kekerasan tersebut sebagai tindakan anarkis yang tak dapat dibenarkan, apapun alasannya. Namun, tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa kekerasan ini adalah “ledakan emosi” dari akumulasi ketidakadilan yang selama ini dirasakan.

“Kalau mereka adil, nggak mungkin warga ngamuk. Tapi tetap saja, main pukul itu bukan solusi,” ujar Pak Salim, tokoh masyarakat setempat.

Aparat Mulai Lakukan Penyidikan

Polsek Medan Deli telah mengamankan beberapa orang yang diduga terlibat dalam pengeroyokan dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan intensif. Polisi juga akan memeriksa rekaman CCTV dari rumah-rumah sekitar serta meminta keterangan dari para saksi guna mengetahui siapa dalang dari kejadian ini.

Kapolsek menegaskan bahwa tidak ada toleransi untuk tindakan kekerasan, dan siapa pun yang terbukti bersalah akan diproses sesuai hukum.

Pertanyaan Besar: Apakah Warga Salah?

Kasus ini menimbulkan dilema moral di tengah masyarakat. Apakah tindakan warga murni bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan, atau justru bentuk pelanggaran hukum yang membahayakan ketertiban sosial?

Beberapa ahli hukum menyatakan bahwa walaupun warga punya hak untuk menyampaikan aspirasi, melakukannya dengan cara kekerasan tetap merupakan tindak pidana.

“Jika benar ada penyalahgunaan wewenang oleh kepling, seharusnya dilaporkan ke kelurahan atau kecamatan. Bukan dengan main tangan,” ujar seorang pengamat sosial.

Seruan Damai dan Perbaikan Hubungan Sosial

Pihak kelurahan kini tengah mengupayakan mediasi dan pendekatan kepada warga untuk menenangkan suasana. Mereka juga berjanji akan mengevaluasi kinerja aparatur lingkungan agar kejadian serupa tidak terulang.

Ketua RW setempat menyerukan agar semua pihak menahan diri dan mematuhi proses hukum yang sedang berjalan. Ia juga menekankan pentingnya menjaga komunikasi dan transparansi antara kepling dan warga agar tidak terjadi salah paham.

Penutup: Tanda Bahaya di Tengah Masyarakat

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa ketegangan yang tak diselesaikan dengan dialog bisa berujung pada kekerasan. Kepling sebagai ujung tombak pemerintahan di tingkat bawah harus menjadi jembatan, bukan pemicu konflik. Namun di sisi lain, warga juga harus menjunjung hukum dan tidak terprovokasi oleh emosi sesaat.

Tanjung Mulia kini tengah berbenah, dan semua mata tertuju pada bagaimana kasus ini akan diselesaikan — apakah dengan keadilan yang memulihkan, atau luka baru yang makin dalam.