Jakarta – Di balik tawa khas dan wajah lucu yang melekat pada sosok Indro Warkop, tersimpan kisah kemanusiaan yang menghangatkan hati. Sebagai satu-satunya anggota yang masih hidup dari trio legendaris Warkop DKI, Indro tak hanya menjaga kenangan sahabat-sahabatnya—Dono dan Kasino—melalui karya, tapi juga lewat tanggung jawab yang ia ambil secara pribadi: menjadi sosok ayah bagi anak-anak mereka.

Kisah ini bukan cerita yang dibuat-buat. Itu adalah perjalanan nyata seorang pria yang setia bukan hanya pada sahabat, tapi juga pada makna terdalam dari persahabatan itu sendiri: pengorbanan, cinta, dan janji yang dipegang teguh hingga akhir hayat.

Netizen Minta Indro Warkop Nikah Lagi, Sang Putri Ungkap Kekesalannya

Bukan Sekadar Rekan, Tapi Saudara Sehidup Semati

Indro, Dono, dan Kasino memulai karier dari bawah. Dari kampus Universitas Indonesia, mereka membentuk Warkop DKI dan menaklukkan dunia hiburan Indonesia selama beberapa dekade. Persahabatan mereka bukan sekadar profesional—mereka sudah menjadi keluarga.

Itulah sebabnya, ketika Dono dan Kasino berpulang, Indro merasa kehilangan yang begitu dalam. Namun, di balik duka itu, Indro tak membiarkan kekosongan itu berlarut. Ia melangkah maju, mengambil peran sebagai “bapak kedua” bagi anak-anak mendiang sahabatnya.

“Mereka kehilangan ayah… sedangkan gue masih ada. Masa iya mereka juga harus kehilangan sosok pengganti?” kata Indro dalam sebuah wawancara dengan YouTube Ferry Maryadi, yang kini kembali viral dan mengundang haru.

Anak Mereka, Adalah Anak Gue Juga

Indro tidak sekadar datang saat dibutuhkan. Ia benar-benar menghidupi, membimbing, dan mendampingi anak-anak Dono dan Kasino seperti anak kandung sendiri. “Mereka anak-anak yang tidak berdosa, yang kita besarkan bersama,” ujar Indro, menahan emosi.

Bagi Indro, hal ini bukan soal belas kasihan. Ini soal hutang batin, soal rasa terima kasih dan solidaritas sejati. Karena selama bertahun-tahun bekerja bersama, Dono dan Kasino bukan hanya membantu menghibur penonton—mereka juga membantu Indro menghidupi keluarganya.

“Mas Dono, Mas Kasino itu juga bantu ngasih makan anak gue. Kita cari makan bertiga. Sekarang mereka sudah nggak ada, masa gue biarin anak-anak mereka sendirian?” kata Indro dengan suara bergetar.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa dirinya tidak ingin kehilangan “soul” Warkop—roh kekeluargaan yang selalu menjadi fondasi grup tersebut. Maka dari itu, ia merasa bertanggung jawab menjaga dan merawat generasi berikutnya dari para sahabatnya.

Janji yang Diucapkan Menjelang Ajal

Momen paling mengharukan datang ketika Indro mengungkap bahwa ia telah mengucapkan janji itu kepada Dono hanya beberapa jam sebelum Dono menghembuskan napas terakhir. Sebuah janji sederhana, tapi mengandung makna yang sangat dalam—bahwa Indro akan menjaga anak-anak Dono dan Kasino seumur hidup.

“Gue harus satukan mereka. Harus gue anggap seperti anak gue sendiri,” ujarnya.

Nama 3 Anak Indro Warkop dan Nita Octobijanty Beserta Artinya

Tak hanya sekadar janji, Indro benar-benar menepatinya. Ia ikut membiayai pendidikan, menjadi tempat curhat, bahkan hadir dalam setiap fase penting kehidupan anak-anak sahabatnya. Hingga kini, ketika mereka telah dewasa dan hidup mandiri, Indro bisa merasa tenang. Ia sudah menjalankan amanah itu sebaik mungkin.

“Sekarang mereka sudah sukses, sudah punya kehidupan yang layak. Gue tenang,” katanya.

Nilai Persahabatan Sejati yang Langka

Kisah Indro Warkop bukan hanya soal loyalitas, tapi juga soal hati. Di tengah dunia yang kerap sibuk dengan kepentingan pribadi, kisah ini menjadi pengingat bahwa persahabatan sejati masih ada. Bahwa janji bisa ditepati, dan bahwa kasih sayang tak selalu harus datang dari hubungan darah.

Indro Warkop telah menunjukkan bahwa menjadi manusia berarti hadir untuk orang lain, terutama saat mereka paling membutuhkan. Kisahnya menginspirasi, menghangatkan, dan membuat kita percaya kembali pada makna dari kata “keluarga” dan “sahabat”.

Karena terkadang, keluarga bukan soal siapa yang melahirkan kita—tapi siapa yang memilih untuk tidak meninggalkan kita, bahkan ketika mereka tidak harus.